EPILOG
CINTA
!!!
Apa
itu cinta ???
Gadis itu bahkan tidak tahu apa itu cinta yang
sebenarnya.
Bagaimana mencintai seseorang dan bagaimana rasanya
dicintai oleh seseorang, gadis itupun bahkan tidak tahu lagi.
Semenjak hari itu,
hatinya seperti mati rasa terhadap sesuatu yang bernama cinta itu. Terkunci
rapat untuk semua hal yang bersifat romantisme.
●●●●●●●●
BAB
I
“Cinta Adalah Sesuatu Yang Tidak Akan Habis
Dibahas Menggunakan Kata-Kata.”
Gadis itu bernama Adhinda.
Usianya sekarang sudah
beranjak dua puluh empat tahun. Usia yang bagi sebagian orang merupakan usia
yang cukup matang untuk membina hubungan serius dengan makhluk bernama “pria”.
Namun hingga usianya kepala
dua, dia bahkan tidak sekalipun memikirkan mengenai hal tersebut.
Dia masih menikmati
kehidupannya yang bebas lepas seperti burung. Pergi kemanapun yang dia
inginkan.
Jangankan untuk memikirkan
masalah pernikahan, bahkan untuk menjalin hubungan dengan makhluk bernama “pria”saja dia sudah tidak pernah lagi
memikirkannya.
Ya, dia benar-benar
sudah berhenti memikirkan hal tersebut semenjak hari itu. Hari dimana sepotong
hatinya dibawa pergi oleh seseorang yang bahkan hingga bertahun-tahun masih
tetap tak bisa dia lupakan. Seseorang yang bahkan masih membuat hatinya
bergetar tiap namanya disebut.
●●●●●●●●
Tiga belas tahun yang
lalu dia hanyalah anak kecil yang belum mengenal apa itu cinta dan bagaimana
merindukan seseorang. Seperti kanak-kanak yang lain, hari-harinya diisi dengan
bermain dan belajar.
Dia merupakan gadis
kecil yang pandai dalam urusan akademik. Peringkatnya dikelas tidak pernah
lepas dari peringkat teratas.
Hingga orang itu datang
dan mengacaukan segalanya. Orang itu, entah muncul dari planet mana langsung
merebut perhatiannya dengan segala prestasi yang dia dapatkan.
Peringkatnya memang
belum bergeser sedikitpun tapi orang itu sedikit banyak mempengaruhinya. Dia
berusaha lebih keras agar posisinya tidak terganggu oleh kehadiran orang itu.
Persaingan demi
persaingan pun mereka lalui. Semakin hari hubungan mereka pun bertambah akrab.
Layaknya kanak-kanak,
mereka juga selalu terlibat dalam pertengkaran demi pertengkaran. Namun itu tak
lantas membuat hubungan mereka menjadi renggang.
Orang itu terbilang
cukup jahil, dan tentu saja sasaran empuk kejahilannya adalah gadis itu. Hampir
tiap hari gadis itu selalu dibuat kewalahan dengan kejahilan orang itu. Namun
gadis itu tetap tidak bisa marah padanya.
●●●●●●●●
Waktu berlalu bagai
angin. Tak terasa sudah hampir dua tahun gadis itu menjalin persahabatan dengan
orang itu. Kini mereka berdua sudah duduk dibangku kelas enam sekolah dasar,
sebentar lagi ujian nasional akan dilaksanakan. Mereka berdua pun semakin
disibukkan dengan berbagai pelajaran tambahan yang diberikan khusus untuk
menyambut ujian tersebut. Aroma persaingan diantara merekapun sedikit banyak
mulai berkurang, bahkan mereka semakin kompak dan saling mendukung satu sama
lain. Saling mengingatkan jika salah satu diantara mereka ada yang lupa dengan
apa yang barusan diajarkan oleh guru mereka.
Bagaimana dengan kejahilan orang itu?
Jangan ditanya,
meskipun disibukkan dengan segala tetek bengek persiapan menjelang ujian akhir,
orang itu tetap sama, tidak bisa diam seharipun tanpa mengganggu gadis itu.
Tapi lagi-lagi gadis itu tidak bisa marah kepada orang itu.
●●●●●●●●
Setelah berbulan-bulan
dibuat pusing dengan persiapan ujian, akhirnya mereka dapat bernapas lega
karena ujian tersebut berhasil mereka lalui dengan baik.
Tinggallah perasaan cemas dan penasaran menanti
hasil ujian yang telah meraka jalani.
Mereka pun sudah mulai
sibuk membicarakan akan melanjutkan sekolah kemana setelah lulus dari sekolah
dasar.
Dan ternyata takdir mereka berkata lain !!!
Mereka memilih sekolah
yang berbeda. Lebih tepatnya gadis itulah yang memilih menjauh dari kehidupan
orang itu.
Sebenarnya gadis itu
juga tidak mau jauh-jauh dari orang itu, tapi orang tua gadis itu yang
memilihkan untuknya.
Suatu keputusan yang
bahkan hingga bertahun-tahun selalu disesali oleh gadis itu. Suatu keputusan
yang tanpa disadarinya membangun tembok besar bernama jarak diantara dirinya
dan orang itu. Suatu keputusan yang tanpa disadarinya memutuskan takdir antara
dirinya dan orang itu.
●●●●●●●●
BAB
II
“Kamu Tidak Akan Pernah Tahu Betapa
Berartinya Seseorang Buatmu
Hingga
Dia Meninggalkanmu.”
Kata-kata itu sepertinya memang tepat buat gadis
itu.
Keputusannya untuk
mengikuti pilihan orang tuanya membuatnya tidak pernah lagi bertemu dengan
orang itu. Lingkungan pergaulan merekapun sudah berbeda.
Beberapa bulan setelah
berpisah, orang itu sempat menelepon gadis itu hanya untuk sekedar berbasa-basi
menanyakan kabarnya.
Percakapan singkat
ditelepon itu, sedikit banyak membuka kembali lembar demi lembar kenangan yang
pernah gadis itu lalui dengan orang itu. Tiba-tiba saja perasaan rindu
menghantui gadis itu.
Usianya masih dua belas
tahun, dan dia masih belum mengerti betul tentang perasaan apa yang dia rasakan
kala itu. Dia bahkan belum berpikir mengenai arti orang itu bagi kehidupannya.
●●●●●●●●
Bebarapa bulan setelah
percakapan singkat ditelepon itu, perasaan gadis itu semakin tidak menentu. Dia
selalu dihantui oleh kenangan-kenangan bersama orang itu.
Rindu !!!
Gadis itu sangat
merindukan orang itu. Merindukan saat-saat persaingan mereka dikelas.
Merindukan kejahilan demi kejahilan orang itu. Merindukan senyum orang itu.
Merindukan segala kekonyolan orang itu. Merindukan segala yang ada pada orang
itu.
Usianya tiga belas
tahun saat dia sudah mulai bisa mengartikan semua yang dia rasakan kepada orang
itu.
Tapi gadis itu tidak
tahu harus berbuat apa. Yang bisa dilakukannya hanyalah diam-diam menelepon
orang itu berkali-kali hanya untuk sekedar mendengar suara orang itu.
Satu tahun lebih mereka
tidak pernah lagi bertemu. Hanya percakapan-percakapan singkat lewat telepon
itulah yang menjadi pengobat rindu bagi gadis itu. Percakapan-percakapan
singkat yang tentu saja diciptakan sendiri oleh gadis itu dengan aksi telepon
diam-diamnya.
Bahkan tak jarang gadis
itu menelepon hanya sekedar untuk mendengar orang itu mengucapkan kata “halo”,
yang kemudian panggilan itu diakhiri gadis itu karena mulutnya tiba-tiba kelu
untuk sekedar membalas sapaan orang itu.
●●●●●●●●
BAB
III
“Ketika Orang Yang Kamu Cintai Pergi,
Maka
Dia Pergi Dengan Membawa Sepotong Hatimu Bersamanya.”
Usianya beranjak empat belas ketika gadis itu
menyadari sesuatu hal.
Orang itu pergi dengan membawa sepotong hatinya
bersamanya.
Semenjak hari itu hati gadis itu sudah tidak pernah
utuh lagi.
Bahkan gadis itu pernah
berjanji, kalaupun suatu hari nanti dia harus jatuh cinta kepada makhluk
bernama “pria”, orang itu adalah dia
“Adhitya”.
●●●●●●●●
Malam itu, gadis itu
duduk sendiri dikamarnya sambil memandang kelangit, menikmati pemandangan malam
sambil membayangkan wajah orang itu dan segala kenangan yang telah mereka lalui
bersama.
Lagu element “Rahasia Hati” mengalun menambah sendunya
malam itu. Perlahan butiran bening mulai keluar dari sudut mata gadis itu.
“Waktu terus berlalu, tanpa kusadari yang ada
hanya aku dan kenangan. Masih teringat jelas senyum terakhir yang kau beri
untukku.”
“Tak pernah ku mencoba dan tak
ingin ku mengisi hatiku dengan cinta yang lain. Kan ku biarkan ruang hampa di
dalam hidupku.”
“Bila aku, harus mencintai dan
berbagi hati itu hanya denganmu. Namun bila kuharus tanpamu, akan tetap
kuarungi hidup tanpa bercinta.”
●●●●●●●●
Tahun kedua di SMP merupakan tahun-tahun tersulit
bagi gadis itu.
Dengan susah payah
gadis itu mencoba berdamai dengan perasaan rindu yang selalu menghantuinya
dimalam-malam yang sepi.
Dia benar-benar berusaha untuk menekan segala
perasaanya kepada orang itu.
Dia berusaha
mengalihkannya dengan belajar, namun usaha itu sia-sia, bayangan orang itu dan
segala kenangan tentangnya seperti goresan yang perlahan-lahan menjadi lukisan
yang indah sekaligus menyakitkan. Seperti syair-syair lagu yang terus menerus
mengalun ditelinganya menyanyikan lagu sendu. Seperti puzzle yang
perlahan-lahan tersusun sempurna
●●●●●●●●
Berbicara mengenai
makhluk bernama “pria”, gadis itu benar-benar memenuhi janji yang pernah dia
ucapkan dulu.
Dia benar-benar menutup
pintu hatinya dari cinta lain yang berusaha mengetuknya. Menutup mata dari
makhluk bernama “pria” yang mencoba
untuk mendekatinya.
Hatinya benar-benar sudah terkunci oleh perasaan
terhadap orang itu.
●●●●●●●●
Pernah sekali
sahabatnya mencoba menjodohkannya dengan sepupunya, tapi dia tidak juga
bergeming.
Berkali-kali teman-temannya menggodanya tapi dia
juga bahkan tidak perduli.
Dia benar-benar
memenuhi janji yang pernah dia ucapkan dulu, “tidak akan membuka hatinya untuk menerima cinta yang lain.”
Segala macam usaha yang
dilakukan teman-temannya tidak ada yang berhasil satupun. Semua usaha itu
mengkal oleh keteguhan hatinya.
Entah karena mulai
bosan atau sudah mulai lelah, teman-temannya akhirnya menghentikan segala usaha
perjodohan itu.
●●●●●●●●
Pagi ini, gadis itu dan
teman-teman sekolahnya mengikuti try out yang diadakan oleh salah satu
bimbingan belajar terbesar di kotanya.
Tidak pernah gadis itu
membayangkan kalu hari itu dia akan bertemu dengan orang itu kembali.
Disaat gadis itu sedang
asyik ngobrol dengan teman-temannya tiba-tiba dari kejauhan ada seseorang yang
memanggil namanya. Ya, dii adalah salah satu temannya di SD dulu. Gadis itu
hanya tersenyum membalas sapaan temannya itu, tapi tubuhnya seketika membeku
ketika melihat sosok yang muncul dibalik punggung temannya itu.
Orang itu berjalan
kearahnya. Tapi seketika itu pula bibir gadis itu mendadak kelu. Dia hanya
membisu membiarkan orang itu berlalu begitu saja.
●●●●●●●●
Kali kedua saat
mengikuti try out juga, gadis itu kembali bertemu dengan orang itu.
Tidak seperti saat
pertama kali bertemu dulu, kali ini dengan riangnya orang itu meneriaki gadis
itu dan bertanya gadis itu mau kemana. Tapi lagi-lagi gadis itu hanya membeku
menatap orang itu berlalu.
●●●●●●●●
BAB
III
“Mengapa
Takdir Seolah Tak Pernah Lelah Mempermainkan Kita ???”
Takdir sepertinya benar-benar senang bermain-main
dengan gadis itu.
Berkali-kali kesempatan untuk kembali bersama itu
datang namun selalu saja gagal.
Berkali-kali mereka dipertemukan namun selalu dalam
situasi yang tidak tepat.
●●●●●●●●
Selepas dari SMP gadis
itu melanjutkan sekolah di salah satu SMA swasta di kotanya, dan orang itu
memilih melanjutkan di sekolah kejuruan (lagi-lagi
jalan mereka berbeda).
Setelah dua kali
pertemuan di acara try out itu, mereka tidak pernah lagi bertemu.
Hingga saat mereka
menginjak kelas II SMA, secara kebetulan teman-teman kelas gadis itu membuat bazar
di salah satu restoran cepat saji di salah satu mall di kota mereka.
Gadis itu memberanikan
diri menelepon orang itu untuk mengajaknya datang ke bazar tersebut.
Gayung pun bersambut,
ternyata orang itu memenuhi janjinya. Dia benar-benar datang ke bazar gadis
itu.
Namun lagi-lagi takdir
mempermainkan mereka. Orang itu datang ketika gadis itu sedang berada dirumah
salah satu temannya.
Mereka memang bertemu,
tapi pertemuan itu tidak berlangsung lama. Tidak ada percakapan panjang
mengenang masa lalu diantara mereka.
Tidak sampai disitu
saja, takdir kembali mempermainkan mereka saat mereka telah lulus dari SMA.
Satu kesempatan untuk
bertemu lagi datang. Teman-teman SD mereka mengadakan reuni. Gadis itupun
dengan semangat menyambut acara tersebut.
Bukan hal mudah bagi
gadis itu untuk pergi karena orang tuanya tidak memberikan izin. Namun gadis
itu tidak lantas menyerah. Berbagai macam usaha dilakukannya demi mendapatkan
izin. Dan akhirnya ketika gadis itu mendapatkan izin untuk pergi, apa yang dia
dapatkan?
Orang
itu tidak datang!!!
Teman-temannya bilang orang itu sedang keluar
daerah.
Kecewa
???
Tentu saja gadis itu
kecewa. Dia sudah bersusah payah agar dapat pergi ke acara tersebut demi
bertemu dengan orang itu namun orang itu malah tidak datang.
●●●●●●●●
Tapi kekecewaan gadis
itu tidak berlangsung lama. Bebrapa hari setelah acara tersebut, komunikasi
diantara mereka tersambung lagi.
Mereka jadi sering bersms ria bahkan sekedar hanya
untuk berbasa-basi.
Bahagia
???
Tentu saja gadis itu
bahagia. Namun takdir kembali mempermainkan mereka. Kebahagiaan itu tidak
berlangsung lama. Satu kenyataan pahit lagi-lagi harus diterima gadis itu, “orang itu sudah memiliki kekasih.”
Sakit
hati ???
Tentu saja gadis itu
sakit hati. Dia kecewa, marah dan cemburu. Kenapa bukan dirinya yang
mendampingi pria itu?
Tapi gadis itu tetap
menyembunyikan perasaannya. Di tetap berusaha tersenyum dihadapan orang itu.
Tidak sedikitpun perasaan cemburu itu dia tampakkan.
●●●●●●●●
BAB
IV
“Habis
Gelap Terbitlah Terang.”
Dibalik kedukaan pasti
ada kebahagiaan. Itulah yang dirasakan gadis itu. Meskipun kekecewaannya atas
kabar orang itu sudah punya kekasih belum luntur. Tapi harapan itu muncul lagi
ketika orang itu mengatakan kalau dia memilih kuliah dikampus yang sama dengan
gadis itu.
Mimpi-mimpi itupun satu persatu muncul lagi.
Tapi takdir sepertinya
tidak pernah berpihak pada mereka. Lihatlah, setelah mimpi-mimpi itu bersemi
kembali, lagi-lagi gadis itu harus menerima kenyataan pahit.
Orang
itu tidak jadi kuliah dikampus yang sama dengannya !!!
Ternyata selain
mendaftar dikampus yang sama dengan gadis itu, orang itu juga mendaftar di
salah satu universitas swasta di kota mereka.
Orang itu lulus tanpa
tes satupun di universitas swasta tersebut dan tentu saja dia tidak
menyia-nyiakannya, apalagi fakultas yang dia lulusi benar-benar fakultas yang
dia impikan.
Jadilah mereka
lagi-lagi kuliah ditempat yang berbeda. Dan untuk kesekian kalinya, lingkup
pergaulan mereka kembali berbeda.
●●●●●●●●
Komunikasi diantara
mereka terjalin kembali. Sudah setahun lebih mereka rajin bersms ria. Saling
mengingatkan untuk bangun sahur saat bulan ramadhan. Saling bersenda gurau
disms sambil menunggu waktu shalat subuh. Bersilaturahmi saat lebaran tiba.
Dari teman sekampusnya,
gadis itu tahu kalau orang itu sudah putus dengan kekasihnya. Tanpa bisa
dibendung lagi, harapan itupun kembali muncul.
●●●●●●●●
Setelah sempat
menghilang lagi selama beberapa bulan, orang itu muncul lagi. Dan lagi-lagi
takdir mempermainkan mereka.
Setelah sempat harapan
itu mekar seperti bunga, tiba-tiba saja bunga itu layu. Lagi-lagi gadis itu
harus mengubur dalam-dalam mimpinya.
Ketika sedang berlibur
bersama dengan orang itu dan teman-temannya, gadis itu diberitahu kalau orang
itu sudah memiliki kekasih baru. Gadis itupun kembali hanya dapat tersenyum
hambar didepan orang itu.
●●●●●●●●
“Mengapa waktu tak pernah berpihak kepadaku,
apakah aku terlalu banyak berkelana.”
“Mengapa
kita masih saja tak pernah bersatu. Selalu saja bertemu saat kau milik yang
lain.
Mungkin
kau bukanlah jodohku, bukan takdirku.”
Suara Judika mengalun
lembut dikamar gadis itu. Seperti bisa gadis itu lagi-lagi duduk diteras
kamarnya sambil memandangi bulan. Lagu itu seperti mewakili apa yang dirasakan
gadis itu. Takdir benar-benar senang mempermainkannya.
Berkali-kali harapan itu tumbuh namun harus layu kembali
bahkan sebelum berkembang.
Berkali-kali kesempatam itu datang, namun hanya
berujung dengan kekecewaan.
●●●●●●●●
BAB
IV
“Bunga
Matahari Hanya Mampu Memandang Matahari Dari Kejauhan.”
Layaknya bunga matahari
yang hanya mampu mengagumi matahari dari kejauhan, seperti itupulalah gadis itu
yang hanya mampu mengagumi diam-diam orang itu.
Gadis itu hanya mampu memendam
perasaannya dalam hatinya yang paling dalam tanpa seorangpun yang tahun. Tidak
juga orang itu.
Dia benar-benar menutup rapat rahasia itu.
Hanya kepada bulanlah
dia selalu mencurahkan apa yang dia rasakan. Hanya kepada bintanglah perasaan
itu dia ungkapkan. Dan hanya buku diarynyalah yang dengan setia menemaninya
dimalam-malam dia merindukan orang itu.
●●●●●●●●
“Aku Merindukanmu.
Setengah Mati Merindu.
Tiada Henti Merindukanmu.
Masih Hatiku Untukmu.
Aku Tetap Menunggumu.”
Tanpa terasa sepuluh
tahun sudah gadis itu memendam perasaannya terhadap orang itu. Dan selama
sepuluh tahun itupulalah hatinya sedikitpun tidak pernah berpaling dari orang
itu. Hatinya masih milik orang itu. Nama yang tak pernah lelah dia sebut dalam
setiap doanya tetap nama orang itu.
Hatinya benar-benar
terkunci. Dia jadi berubah menjadi dingin terhadap makhluk bernama “pria”. Dia sama sekali tidak bisa lagi
memberikan cintanya kepada orang lain. Hatinya sudah tidak utuh bahkan sejak
orang itu meninggalkannya.
Sepuluh tahun gadis itu
tetap menunggu. Berharap suatu saat nanti takdir akan berpihak padanya.
Entah sampai kapan harapan itu akan terwujud ???
Namun satu yang pasti, “Gadis Itu Masih Mengharapkan Orang Itu Kembali Padanya !!!”
●●●●●●●●
Sudah sejak dua tahun
terakhir gadis itu kembali kehilangan kontak dengan orang itu. Dia benar-benar
menghilang tanpa kabar.
Nomor telepon orang itu
sudah tidak dapat dihubungi lagi.
Semua akun jejaring
sosial yang dimiliki orang itu terkunci dan tidak dapat dilihat oleh gadis itu.
Orang itu benar-benar
sudah memutuskan semua akses yang dapat menghubungkannya dengan gadis itu.
●●●●●●●●
Setelah hampir tiga
tahun tak ada kabar tentang orang itu, tiba-tiba kesempatan itu datang lagi.
Salah satu teman mereka megundang mereka untuk datang disebuah acara yang
digelar dirumahnya.
Dengan perasaan harap-harap
cemas gadis itupun datang. Tapi lagi-lagi, harapan tinggal harapan. Ketika
kesempataan itu sudah ada didepan mata, takdir kembali mempermainkan mereka “Orang Itu Datang Saat Gadis Itu Sudah Pulang.”
Dari cerita
teman-temanya, gadis itu tahu kalau orang itupun sudah lulus kuliah setahun
yang lalu dan sekarang melanjutkan pendidikannya di luar kota.
Sekali lagi mereka dipisahkan oleh tembok besar
bernama “Jarak.”
Dan sekali lagi ruang lingkup mereka kembali
berbeda.
●●●●●●●●
Malam ini gadis itu
kembali melakukan kebiasaannya duduk diberanda kamarnya sambil memandangi bulan
seolah sedang berbicara padanya. Kebiasaan yang selalu dia lakukan sejak orang
itu pergi dengan membawa sepotong hatinya.
“I know you're somewhere out there,
somewhere far away.
I want you back, I want you back
My neighbours think I'm crazy
But they don't understand
You're all I have, You're all I
have”
“At night when the stars light up
my room I sit by myself
Talking to the Moon. Try to get to
You
In hopes you're on the other side Talking
to me too.
Or Am I a fool who sits alone “Talking to the moon?”
●●●●●●●
Special for My Dhy #25D