By Werda Murti. Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 13 April 2013

CINTA ITU !!!!



EPILOG

CINTA !!!
Apa itu cinta ???
Gadis itu bahkan tidak tahu apa itu cinta yang sebenarnya.
Bagaimana  mencintai seseorang dan bagaimana rasanya dicintai oleh seseorang, gadis itupun bahkan tidak tahu lagi.
Semenjak hari itu, hatinya seperti mati rasa terhadap sesuatu yang bernama cinta itu. Terkunci rapat untuk semua hal yang bersifat romantisme.
●●●●●●●●



BAB I

Cinta Adalah Sesuatu Yang Tidak Akan Habis Dibahas Menggunakan Kata-Kata.”

Gadis itu bernama Adhinda.
Usianya sekarang sudah beranjak dua puluh empat tahun. Usia yang bagi sebagian orang merupakan usia yang cukup matang untuk membina hubungan serius dengan makhluk bernama “pria”.
Namun hingga usianya kepala dua, dia bahkan tidak sekalipun memikirkan mengenai hal tersebut.
Dia masih menikmati kehidupannya yang bebas lepas seperti burung. Pergi kemanapun yang dia inginkan.
Jangankan untuk memikirkan masalah pernikahan, bahkan untuk menjalin hubungan dengan makhluk bernama “pria”saja dia sudah tidak pernah lagi memikirkannya.
Ya, dia benar-benar sudah berhenti memikirkan hal tersebut semenjak hari itu. Hari dimana sepotong hatinya dibawa pergi oleh seseorang yang bahkan hingga bertahun-tahun masih tetap tak bisa dia lupakan. Seseorang yang bahkan masih membuat hatinya bergetar tiap namanya disebut.
●●●●●●●●

Tiga belas tahun yang lalu dia hanyalah anak kecil yang belum mengenal apa itu cinta dan bagaimana merindukan seseorang. Seperti kanak-kanak yang lain, hari-harinya diisi dengan bermain dan belajar.
Dia merupakan gadis kecil yang pandai dalam urusan akademik. Peringkatnya dikelas tidak pernah lepas dari peringkat teratas.
Hingga orang itu datang dan mengacaukan segalanya. Orang itu, entah muncul dari planet mana langsung merebut perhatiannya dengan segala prestasi yang dia dapatkan.
Peringkatnya memang belum bergeser sedikitpun tapi orang itu sedikit banyak mempengaruhinya. Dia berusaha lebih keras agar posisinya tidak terganggu oleh kehadiran orang itu.
Persaingan demi persaingan pun mereka lalui. Semakin hari hubungan mereka pun bertambah akrab.
Layaknya kanak-kanak, mereka juga selalu terlibat dalam pertengkaran demi pertengkaran. Namun itu tak lantas membuat hubungan mereka menjadi renggang.
Orang itu terbilang cukup jahil, dan tentu saja sasaran empuk kejahilannya adalah gadis itu. Hampir tiap hari gadis itu selalu dibuat kewalahan dengan kejahilan orang itu. Namun gadis itu tetap tidak bisa marah padanya.
●●●●●●●●

Waktu berlalu bagai angin. Tak terasa sudah hampir dua tahun gadis itu menjalin persahabatan dengan orang itu. Kini mereka berdua sudah duduk dibangku kelas enam sekolah dasar, sebentar lagi ujian nasional akan dilaksanakan. Mereka berdua pun semakin disibukkan dengan berbagai pelajaran tambahan yang diberikan khusus untuk menyambut ujian tersebut. Aroma persaingan diantara merekapun sedikit banyak mulai berkurang, bahkan mereka semakin kompak dan saling mendukung satu sama lain. Saling mengingatkan jika salah satu diantara mereka ada yang lupa dengan apa yang barusan diajarkan oleh guru mereka.
Bagaimana dengan kejahilan orang itu?
Jangan ditanya, meskipun disibukkan dengan segala tetek bengek persiapan menjelang ujian akhir, orang itu tetap sama, tidak bisa diam seharipun tanpa mengganggu gadis itu. Tapi lagi-lagi gadis itu tidak bisa marah kepada orang itu.
●●●●●●●●

Setelah berbulan-bulan dibuat pusing dengan persiapan ujian, akhirnya mereka dapat bernapas lega karena ujian tersebut berhasil mereka lalui dengan baik.
Tinggallah perasaan cemas dan penasaran menanti hasil ujian yang telah meraka jalani.
Mereka pun sudah mulai sibuk membicarakan akan melanjutkan sekolah kemana setelah lulus dari sekolah dasar.
Dan ternyata takdir mereka berkata lain !!!
Mereka memilih sekolah yang berbeda. Lebih tepatnya gadis itulah yang memilih menjauh dari kehidupan orang itu.
Sebenarnya gadis itu juga tidak mau jauh-jauh dari orang itu, tapi orang tua gadis itu yang memilihkan untuknya.
Suatu keputusan yang bahkan hingga bertahun-tahun selalu disesali oleh gadis itu. Suatu keputusan yang tanpa disadarinya membangun tembok besar bernama jarak diantara dirinya dan orang itu. Suatu keputusan yang tanpa disadarinya memutuskan takdir antara dirinya dan orang itu.
●●●●●●●●



BAB II

Kamu Tidak Akan Pernah Tahu Betapa Berartinya Seseorang Buatmu
Hingga Dia Meninggalkanmu.”

Kata-kata itu sepertinya memang tepat buat gadis itu.
Keputusannya untuk mengikuti pilihan orang tuanya membuatnya tidak pernah lagi bertemu dengan orang itu. Lingkungan pergaulan merekapun sudah berbeda.
Beberapa bulan setelah berpisah, orang itu sempat menelepon gadis itu hanya untuk sekedar berbasa-basi menanyakan kabarnya.
Percakapan singkat ditelepon itu, sedikit banyak membuka kembali lembar demi lembar kenangan yang pernah gadis itu lalui dengan orang itu. Tiba-tiba saja perasaan rindu menghantui gadis itu.
Usianya masih dua belas tahun, dan dia masih belum mengerti betul tentang perasaan apa yang dia rasakan kala itu. Dia bahkan belum berpikir mengenai arti orang itu bagi kehidupannya.
●●●●●●●●

Bebarapa bulan setelah percakapan singkat ditelepon itu, perasaan gadis itu semakin tidak menentu. Dia selalu dihantui oleh kenangan-kenangan bersama orang itu.
Rindu !!!
Gadis itu sangat merindukan orang itu. Merindukan saat-saat persaingan mereka dikelas. Merindukan kejahilan demi kejahilan orang itu. Merindukan senyum orang itu. Merindukan segala kekonyolan orang itu. Merindukan segala yang ada pada orang itu.
Usianya tiga belas tahun saat dia sudah mulai bisa mengartikan semua yang dia rasakan kepada orang itu.
Tapi gadis itu tidak tahu harus berbuat apa. Yang bisa dilakukannya hanyalah diam-diam menelepon orang itu berkali-kali hanya untuk sekedar mendengar suara orang itu.
Satu tahun lebih mereka tidak pernah lagi bertemu. Hanya percakapan-percakapan singkat lewat telepon itulah yang menjadi pengobat rindu bagi gadis itu. Percakapan-percakapan singkat yang tentu saja diciptakan sendiri oleh gadis itu dengan aksi telepon diam-diamnya.
Bahkan tak jarang gadis itu menelepon hanya sekedar untuk mendengar orang itu mengucapkan kata “halo”, yang kemudian panggilan itu diakhiri gadis itu karena mulutnya tiba-tiba kelu untuk sekedar membalas sapaan orang itu.
●●●●●●●●



BAB III

Ketika Orang Yang Kamu Cintai Pergi,
Maka Dia Pergi Dengan Membawa Sepotong Hatimu Bersamanya.”

Usianya beranjak empat belas ketika gadis itu menyadari sesuatu hal.
Orang itu pergi dengan membawa sepotong hatinya bersamanya.
Semenjak hari itu hati gadis itu sudah tidak pernah utuh lagi.
Bahkan gadis itu pernah berjanji, kalaupun suatu hari nanti dia harus jatuh cinta kepada makhluk bernama “pria”, orang itu adalah dia “Adhitya”.
●●●●●●●●

Malam itu, gadis itu duduk sendiri dikamarnya sambil memandang kelangit, menikmati pemandangan malam sambil membayangkan wajah orang itu dan segala kenangan yang telah mereka lalui bersama.
Lagu element “Rahasia Hati” mengalun menambah sendunya malam itu. Perlahan butiran bening mulai keluar dari sudut mata gadis itu.
Waktu terus berlalu, tanpa kusadari yang ada hanya aku dan kenangan. Masih teringat jelas senyum terakhir yang kau beri untukku.”
“Tak pernah ku mencoba dan tak ingin ku mengisi hatiku dengan cinta yang lain. Kan ku biarkan ruang hampa di dalam hidupku.”
“Bila aku, harus mencintai dan berbagi hati itu hanya denganmu. Namun bila kuharus tanpamu, akan tetap kuarungi hidup tanpa bercinta.”
●●●●●●●●

Tahun kedua di SMP merupakan tahun-tahun tersulit bagi gadis itu.
Dengan susah payah gadis itu mencoba berdamai dengan perasaan rindu yang selalu menghantuinya dimalam-malam yang sepi.
Dia benar-benar berusaha untuk menekan segala perasaanya kepada orang itu.
Dia berusaha mengalihkannya dengan belajar, namun usaha itu sia-sia, bayangan orang itu dan segala kenangan tentangnya seperti goresan yang perlahan-lahan menjadi lukisan yang indah sekaligus menyakitkan. Seperti syair-syair lagu yang terus menerus mengalun ditelinganya menyanyikan lagu sendu. Seperti puzzle yang perlahan-lahan tersusun sempurna
●●●●●●●●

Berbicara mengenai makhluk bernama “pria”, gadis itu benar-benar memenuhi janji yang pernah dia ucapkan dulu.
Dia benar-benar menutup pintu hatinya dari cinta lain yang berusaha mengetuknya. Menutup mata dari makhluk bernama “pria” yang mencoba untuk mendekatinya.
Hatinya benar-benar sudah terkunci oleh perasaan terhadap orang itu.
●●●●●●●●

Pernah sekali sahabatnya mencoba menjodohkannya dengan sepupunya, tapi dia tidak juga bergeming.
Berkali-kali teman-temannya menggodanya tapi dia juga bahkan tidak perduli.
Dia benar-benar memenuhi janji yang pernah dia ucapkan dulu, “tidak akan membuka hatinya untuk menerima cinta yang lain.”
Segala macam usaha yang dilakukan teman-temannya tidak ada yang berhasil satupun. Semua usaha itu mengkal oleh keteguhan hatinya.
Entah karena mulai bosan atau sudah mulai lelah, teman-temannya akhirnya menghentikan segala usaha perjodohan itu.
●●●●●●●●

Pagi ini, gadis itu dan teman-teman sekolahnya mengikuti try out yang diadakan oleh salah satu bimbingan belajar terbesar di kotanya.
Tidak pernah gadis itu membayangkan kalu hari itu dia akan bertemu dengan orang itu kembali.
Disaat gadis itu sedang asyik ngobrol dengan teman-temannya tiba-tiba dari kejauhan ada seseorang yang memanggil namanya. Ya, dii adalah salah satu temannya di SD dulu. Gadis itu hanya tersenyum membalas sapaan temannya itu, tapi tubuhnya seketika membeku ketika melihat sosok yang muncul dibalik punggung temannya itu.
Orang itu berjalan kearahnya. Tapi seketika itu pula bibir gadis itu mendadak kelu. Dia hanya membisu membiarkan orang itu berlalu begitu saja.
●●●●●●●●

Kali kedua saat mengikuti try out juga, gadis itu kembali bertemu dengan orang itu.
Tidak seperti saat pertama kali bertemu dulu, kali ini dengan riangnya orang itu meneriaki gadis itu dan bertanya gadis itu mau kemana. Tapi lagi-lagi gadis itu hanya membeku menatap orang itu berlalu.
●●●●●●●●



BAB III

“Mengapa Takdir Seolah Tak Pernah Lelah Mempermainkan Kita ???”

Takdir sepertinya benar-benar senang bermain-main dengan gadis itu.
Berkali-kali kesempatan untuk kembali bersama itu datang namun selalu saja gagal.
Berkali-kali mereka dipertemukan namun selalu dalam situasi yang tidak tepat.
●●●●●●●●

Selepas dari SMP gadis itu melanjutkan sekolah di salah satu SMA swasta di kotanya, dan orang itu memilih melanjutkan di sekolah kejuruan (lagi-lagi jalan mereka berbeda).
Setelah dua kali pertemuan di acara try out itu, mereka tidak pernah lagi bertemu.
Hingga saat mereka menginjak kelas II SMA, secara kebetulan teman-teman kelas gadis itu membuat bazar di salah satu restoran cepat saji di salah satu mall di kota mereka.
Gadis itu memberanikan diri menelepon orang itu untuk mengajaknya datang ke bazar tersebut.
Gayung pun bersambut, ternyata orang itu memenuhi janjinya. Dia benar-benar datang ke bazar gadis itu.
Namun lagi-lagi takdir mempermainkan mereka. Orang itu datang ketika gadis itu sedang berada dirumah salah satu temannya.
Mereka memang bertemu, tapi pertemuan itu tidak berlangsung lama. Tidak ada percakapan panjang mengenang masa lalu diantara mereka.
Tidak sampai disitu saja, takdir kembali mempermainkan mereka saat mereka telah lulus dari SMA.
Satu kesempatan untuk bertemu lagi datang. Teman-teman SD mereka mengadakan reuni. Gadis itupun dengan semangat menyambut acara tersebut.
Bukan hal mudah bagi gadis itu untuk pergi karena orang tuanya tidak memberikan izin. Namun gadis itu tidak lantas menyerah. Berbagai macam usaha dilakukannya demi mendapatkan izin. Dan akhirnya ketika gadis itu mendapatkan izin untuk pergi, apa yang dia dapatkan?
Orang itu tidak datang!!!
Teman-temannya bilang orang itu sedang keluar daerah.
Kecewa ???
Tentu saja gadis itu kecewa. Dia sudah bersusah payah agar dapat pergi ke acara tersebut demi bertemu dengan orang itu namun orang itu malah tidak datang.
●●●●●●●●

Tapi kekecewaan gadis itu tidak berlangsung lama. Bebrapa hari setelah acara tersebut, komunikasi diantara mereka tersambung lagi.
Mereka jadi sering bersms ria bahkan sekedar hanya untuk berbasa-basi.
Bahagia ???
Tentu saja gadis itu bahagia. Namun takdir kembali mempermainkan mereka. Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Satu kenyataan pahit lagi-lagi harus diterima gadis itu, “orang itu sudah memiliki kekasih.
Sakit hati ???
Tentu saja gadis itu sakit hati. Dia kecewa, marah dan cemburu. Kenapa bukan dirinya yang mendampingi pria itu?
Tapi gadis itu tetap menyembunyikan perasaannya. Di tetap berusaha tersenyum dihadapan orang itu. Tidak sedikitpun perasaan cemburu itu dia tampakkan.
●●●●●●●●



BAB IV

“Habis Gelap Terbitlah Terang.”

Dibalik kedukaan pasti ada kebahagiaan. Itulah yang dirasakan gadis itu. Meskipun kekecewaannya atas kabar orang itu sudah punya kekasih belum luntur. Tapi harapan itu muncul lagi ketika orang itu mengatakan kalau dia memilih kuliah dikampus yang sama dengan gadis itu.
Mimpi-mimpi itupun satu persatu muncul lagi.
Tapi takdir sepertinya tidak pernah berpihak pada mereka. Lihatlah, setelah mimpi-mimpi itu bersemi kembali, lagi-lagi gadis itu harus menerima kenyataan pahit.
Orang itu tidak jadi kuliah dikampus yang sama dengannya !!!
Ternyata selain mendaftar dikampus yang sama dengan gadis itu, orang itu juga mendaftar di salah satu universitas swasta di kota mereka.
Orang itu lulus tanpa tes satupun di universitas swasta tersebut dan tentu saja dia tidak menyia-nyiakannya, apalagi fakultas yang dia lulusi benar-benar fakultas yang dia impikan.
Jadilah mereka lagi-lagi kuliah ditempat yang berbeda. Dan untuk kesekian kalinya, lingkup pergaulan mereka kembali berbeda.
●●●●●●●●

Komunikasi diantara mereka terjalin kembali. Sudah setahun lebih mereka rajin bersms ria. Saling mengingatkan untuk bangun sahur saat bulan ramadhan. Saling bersenda gurau disms sambil menunggu waktu shalat subuh. Bersilaturahmi saat lebaran tiba.
Dari teman sekampusnya, gadis itu tahu kalau orang itu sudah putus dengan kekasihnya. Tanpa bisa dibendung lagi, harapan itupun kembali muncul.
●●●●●●●●

Setelah sempat menghilang lagi selama beberapa bulan, orang itu muncul lagi. Dan lagi-lagi takdir mempermainkan mereka.
Setelah sempat harapan itu mekar seperti bunga, tiba-tiba saja bunga itu layu. Lagi-lagi gadis itu harus mengubur dalam-dalam mimpinya.
Ketika sedang berlibur bersama dengan orang itu dan teman-temannya, gadis itu diberitahu kalau orang itu sudah memiliki kekasih baru. Gadis itupun kembali hanya dapat tersenyum hambar didepan orang itu.
●●●●●●●●

Mengapa waktu tak pernah berpihak kepadaku, apakah aku terlalu banyak berkelana.”
“Mengapa kita masih saja tak pernah bersatu. Selalu saja bertemu saat kau milik yang lain.
Mungkin kau bukanlah jodohku, bukan takdirku.”

Suara Judika mengalun lembut dikamar gadis itu. Seperti bisa gadis itu lagi-lagi duduk diteras kamarnya sambil memandangi bulan. Lagu itu seperti mewakili apa yang dirasakan gadis itu. Takdir benar-benar senang mempermainkannya.
Berkali-kali harapan itu tumbuh namun harus layu kembali bahkan sebelum berkembang.
Berkali-kali kesempatam itu datang, namun hanya berujung dengan kekecewaan.
●●●●●●●●


BAB IV

“Bunga Matahari Hanya Mampu Memandang Matahari Dari Kejauhan.”

Layaknya bunga matahari yang hanya mampu mengagumi matahari dari kejauhan, seperti itupulalah gadis itu yang hanya mampu mengagumi diam-diam orang itu.
Gadis itu hanya mampu memendam perasaannya dalam hatinya yang paling dalam tanpa seorangpun yang tahun. Tidak juga orang itu.
Dia benar-benar menutup rapat rahasia itu.
Hanya kepada bulanlah dia selalu mencurahkan apa yang dia rasakan. Hanya kepada bintanglah perasaan itu dia ungkapkan. Dan hanya buku diarynyalah yang dengan setia menemaninya dimalam-malam dia merindukan orang itu.
●●●●●●●●

“Aku Merindukanmu.
Setengah Mati Merindu.
Tiada Henti Merindukanmu.
Masih Hatiku Untukmu.
Aku Tetap Menunggumu.”

Tanpa terasa sepuluh tahun sudah gadis itu memendam perasaannya terhadap orang itu. Dan selama sepuluh tahun itupulalah hatinya sedikitpun tidak pernah berpaling dari orang itu. Hatinya masih milik orang itu. Nama yang tak pernah lelah dia sebut dalam setiap doanya tetap nama orang itu.
Hatinya benar-benar terkunci. Dia jadi berubah menjadi dingin terhadap makhluk bernama “pria”. Dia sama sekali tidak bisa lagi memberikan cintanya kepada orang lain. Hatinya sudah tidak utuh bahkan sejak orang itu meninggalkannya.
Sepuluh tahun gadis itu tetap menunggu. Berharap suatu saat nanti takdir akan berpihak padanya.
Entah sampai kapan harapan itu akan terwujud ???
Namun satu yang pasti, “Gadis Itu Masih Mengharapkan Orang Itu Kembali Padanya !!!”
●●●●●●●●

Sudah sejak dua tahun terakhir gadis itu kembali kehilangan kontak dengan orang itu. Dia benar-benar menghilang tanpa kabar.
Nomor telepon orang itu sudah tidak dapat dihubungi lagi.
Semua akun jejaring sosial yang dimiliki orang itu terkunci dan tidak dapat dilihat oleh gadis itu.
Orang itu benar-benar sudah memutuskan semua akses yang dapat menghubungkannya dengan gadis itu.
●●●●●●●●

Setelah hampir tiga tahun tak ada kabar tentang orang itu, tiba-tiba kesempatan itu datang lagi. Salah satu teman mereka megundang mereka untuk datang disebuah acara yang digelar dirumahnya.
Dengan perasaan harap-harap cemas gadis itupun datang. Tapi lagi-lagi, harapan tinggal harapan. Ketika kesempataan itu sudah ada didepan mata, takdir kembali mempermainkan mereka “Orang Itu Datang Saat Gadis Itu Sudah Pulang.”
Dari cerita teman-temanya, gadis itu tahu kalau orang itupun sudah lulus kuliah setahun yang lalu dan sekarang melanjutkan pendidikannya di luar kota.
Sekali lagi mereka dipisahkan oleh tembok besar bernama “Jarak.”
Dan sekali lagi ruang lingkup mereka kembali berbeda.
●●●●●●●●

Malam ini gadis itu kembali melakukan kebiasaannya duduk diberanda kamarnya sambil memandangi bulan seolah sedang berbicara padanya. Kebiasaan yang selalu dia lakukan sejak orang itu pergi dengan membawa sepotong hatinya.

“I know you're somewhere out there, somewhere far away.
I want you back, I want you back
My neighbours think I'm crazy
But they don't understand
You're all I have, You're all I have”
“At night when the stars light up my room I sit by myself
Talking to the Moon. Try to get to You
In hopes you're on the other side Talking to me too.
Or Am I a fool who sits alone “Talking to the moon? 
●●●●●●●


Special for My Dhy #25D