By Werda Murti. Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 17 Februari 2016

J I K A

Apa yang tebersit dalam hatimu saat kaki sudah menjejak di masa sekarang, tetapi sebuah ingin masih tertinggal di masa lalu?
Kau mungkin berharap semesta mengulang jika...

Apa yang memenuhi harapmu saat melihat esok masih tertinggal dan gelap tak mampu kau kira?
Kau mungkin mendamba banyak jika...
Jika, dan hanya jika

Kutipan novel diatas pasti seringkali terjadi pada kita semua
Pun demikian denganku

Jika saja 15 tahun yang lalu saya tidak memilih sekolah yang berbeda denganmu, akankah cerita kita berbeda saat ini?

Jika saja 14 tahun yang lalu saya bisa menerka maksudmu menelponku tiba-tiba hanya untuk menyapaku saja, akankah terjadi sesuatu diantara kita?

Jika saja 13 tahun yang lalu saya tidak memilih menghindarimu saat berpapasan disuatu kegiatan, akankah keadaannya berubah?

Jika saja 11 tahun yang lalu saya tidak meninggalkan lokasi bazar itu, akankah ada kesempatan bagi kita?

Jika saja 9 tahun yang lalu kamu tidak memilih kampus yang berbeda denganku, akankah kita bisa bersama?

Jika, dan hanya jika


Makassar, 17 Pebruari 2016
In my room
To My Dhy #25D
@DedeLumoet

Rabu, 10 Februari 2016

A Coincidence


Percayakah kalian pada sebuah kebetulan?
Percayakah kalian pada sebuah ketidaksengajaan?


Ya,
Aku percaya


Berkali-kali kita dipertemukan oleh sebuah kebetulan
Berkali-kali kita dipertemukan oleh sebuah ketidaksengajaan


Entah itu ketika kebetulan kita berada ditempat yang sama
Entah itu ketidaksengajaan kita memakai warna baju yang sama


Atau seperti saat ini kebetulan saat aku selesai mengupload foto di salah satu sosial media, tiba-tiba seseorang menghubungiku dan membicarakanmu


Makassar, 10 Pebruari 2016
@DedeLumoet

Selasa, 09 Februari 2016

Ketika semua tiba-tiba menjadi tidak mudah


Entah kenapa tiba-tiba sangat ingin membahas tentang salah satu karakter dalam salah satu drama korea yang pernah saya tonton.
Bukan, bukan karena saya "kata orang gagal move on", tapi entahlah kenapa tiba-tiba saja tergoda untuk membahasnya.
Mungkin karena mendengar curhatan salah satu kawan senja tadi.

Yap, dia adalah kim junghwan, salah satu tokoh yang digambarkan sebagai sosok lelaki yang selalu dipenuhi keragua-raguan dalam menunjukkan perasaannya kepada sang pujaan hati. Dalam drama tersebut, dikisahkan bahwa junghwan diam-diam menaruh hati kepada sahabatnya yang sudah bersama selama 20 tahun. Tapi junghwan tidak pernah berani dalam menunjukkan perasaannya terhadap wanita tersebut. Berkali-kali kesempatan datang menghampirinya namun selalu saja disia-siakan olehnya, sampai suatu ketika dia berhasil mengungkapkan perasaannya terhadap sang wanita namun belum lagi sempat diberi jawaban junghwan sudah terlanjur menarik kembali ucapannya. (Adegan yang membuat hampir semua penonton naik pitam)

Jujur, juga sempat membuat emosiku campur aduk. Namun satu hal yang saya dapat simpulkan dari drama ini, dari karakter junghwan. Tidak pernah ada yang mudah terlebih dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Ketika kita jatuh cinta, semua hal akan terasa sulit. Bahkan hal-hal remeh sekalipun dapat membuat kita sangat berhati-hati dalam bertindak. Terlebih lagi jika kita jatuh cinta terhadap orang yang selalu bersama dengan kita, seseorang yang kita sebut sahabat. Seketika semua jadi tidak mudah. Kita akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan, karena jika salah melangkah bukan hanya kita akan kehilangan orang yang kita cintai melainkan kita juga dapat kehilangan orang yang selalu ada buat kita.

Jadi jangan pernah menjudge orang-orang yang tidak berani mengungkapkan perasaannya. Bisa jadi dalam hatinya sedang terjadi pergolakan yang sangat hebat. Who knows?

Makassar, 9 Pebruari 2016

Selasa, 02 Februari 2016

Mencintai Kehilangan

Hai apa kabar Tuan?
Iya kamu Tuan yang selama ini menguasai seluruh ruang di hatiku

Apa kabar Tuan?
Iya kamu Tuan yang selama ini selalu mengisi mimpi-mimpiku

Apa kabar Tuan?
Iya kamu Tuan yang selama ini selalu kurindukan

Maafkan aku Tuan jika baru sekarang aku bisa merelakanmu
Maafkan aku Tuan jika baru sekarang aku bisa mengikhlaskanmu
Maafkan aku Tuan jika baru sekarang aku bisa melepaskanmu

Tapi sebelumnya izinkan aku mengatakan sesuatu padamu Tuan
Izinkan aku untuk menumpahkan semua yang selama ini aku pendam Tuan

Tahukah kamu Tuan betapa aku sangat merindukanmu?
Tahukah kamu Tuan seberapa besar perasaan yang aku pendam untukmu selama ini?
Tahukah kamu Tuan apa saja yang sudah aku lakukan untukmu?
Tahukah kamu Tuan betapa aku mengharapkanmu selama ini?

Aku yakin kamu tak tahu Tuan
Karena aku memang tak pernah memberi tahumu
Aku memang berusaha keras selama ini agar kamu tak tahu

Aku hanya tidak ingin merubah semuanya Tuan
Aku hanya takut kamu menjauh dariku Tuan
Aku hanya takut hubungan kita berubah karenanya

Aku terlalu nyaman dengan hubungan kita selama ini
Aku terlalu nyaman hanya dengan menjadi sahabatmu saja Tuan
Aku terlalu nyaman hanya dengan memandangmu dari jauh
Aku terlalu nyaman hanya dengan obrolan-obrolan singkat kita meskipun hanya sebatas obrolan di grup

Maafkan aku Tuan
Kini biarkan aku untuk melepaskanmu
Biarkan aku untuk merelakanmu
Biarkan aku untuk mengikhlaskamu

Mungkin ini adalah jalan yang terbaik untuk kita Tuan
Karena aku Tahu kamu kini telah menemukan kebahagiaanmu
Jadi biarkan aku kali ini juga mengejar kebahagiaanku sendiri

Bukan Tuan, Bukan salahmu Tuan
Bukannya aku selama ini tidak bahagia
Hanya saja selama ini aku selalu berharap bahagiaku adalah bersamamu
Namun kali ini aku memilih bahagiaku tanpa dirimu

Maafkan aku Tuan
Terima kasih atas perasaan ini
Terima kasih karena telah menjadi cinta pertamaku
Terima kasih karena sudah mengajarkanku arti cinta, kesetiaan dan keikhlasan

Terima kasih My Dhy

Makassar, 3 Februari 2016